Sebuah video yang beredar dari Jarabulus, Suriah Utara, menyoroti kisah inspiratif seorang siswa bernama Ammar Tahi. Pemuda asal Homs itu berhasil lulus dari Institut Tinggi Jarablus, Universitas Gaziantep, dengan membawa sederet karya inovatif yang ia rancang sendiri.
Dalam tayangan tersebut, Ammar memperlihatkan sejumlah proyek teknologi yang telah ia kerjakan selama menempuh pendidikan. Salah satu yang menarik perhatian adalah sebuah drone yang ia desain tahun lalu. Drone ini ia bangun dengan memanfaatkan pengetahuan dasar aerodinamika dan komponen elektronik sederhana.
Selain drone, Ammar juga menunjukkan karya lain berupa tank tiga dimensi. Model tank itu ia buat dengan teknologi printer 3D. Tidak berhenti di situ, ia menambahkan beberapa komponen dari bahan daur ulang sebagai bentuk kreativitas sekaligus kepedulian pada lingkungan.
Karya berikutnya adalah sebuah lengan robotik. Ammar menjelaskan bahwa ide ini berangkat dari kebutuhan medis, khususnya untuk orang-orang yang kehilangan anggota tubuh akibat perang maupun kecelakaan.
Lengan prostetik rancangannya dapat disesuaikan menjadi tangan atau kaki. Bahkan, teknologi yang ia gunakan memungkinkan lengan itu dihubungkan melalui sinyal saraf sehingga dapat bergerak mengikuti perintah otak penggunanya.
Ammar menilai bahwa proyek lengan robotik ini memiliki potensi besar untuk membantu penyandang disabilitas. Namun, ia mengakui masih membutuhkan riset dan dukungan finansial untuk bisa menyempurnakan prototipe tersebut.
Selain itu, Ammar juga memamerkan sebuah mobil berbasis Arduino. Mobil ini awalnya dikendalikan melalui Bluetooth, tetapi kemudian ia ubah sistemnya agar bisa berjalan dengan sinyal radio yang terhubung ke remote control.
Proyek mobil Arduino ini menjadi salah satu bukti kemampuannya menggabungkan teori dan praktik. Ammar memperlihatkan bahwa anak muda Suriah memiliki kapasitas besar dalam bidang teknologi meski dalam kondisi keterbatasan.
Dalam wawancaranya, Ammar juga menyebutkan bahwa ia tengah mengerjakan proyek lain berupa konsep rumah pintar atau smart home. Namun, ia mengaku mengalami kesulitan finansial sehingga pengembangan ide tersebut belum bisa berjalan maksimal.
Kisah Ammar menuai banyak perhatian karena menggambarkan semangat anak muda Suriah yang tetap berkarya di tengah situasi sulit. Latar belakang Homs yang pernah dilanda perang membuat kisah ini semakin menyentuh.
Meski berasal dari daerah konflik, Ammar menunjukkan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk berinovasi. Ia justru menjadikan kondisi itu sebagai motivasi untuk merancang solusi teknologi yang bermanfaat.
Para pengajar di Institut Tinggi Jarabulus menyebut Ammar sebagai salah satu mahasiswa yang paling giat bereksperimen. Kreativitasnya dianggap mampu menginspirasi teman-teman seangkatannya.
Kisah ini juga memberi gambaran tentang pentingnya dukungan bagi generasi muda Suriah. Dengan akses dana riset dan fasilitas lebih baik, karya Ammar diyakini dapat berkembang hingga tingkat internasional.
Bagi banyak orang, Ammar adalah simbol harapan. Ia menunjukkan bahwa pendidikan dan teknologi bisa menjadi jalan untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi rakyat Suriah.
Video itu kini banyak dibagikan di media sosial. Netizen memuji ketekunan Ammar dan berharap karyanya mendapat perhatian dari lembaga riset maupun organisasi kemanusiaan.
Ammar sendiri mengatakan bahwa ia ingin mengabdikan ilmunya untuk kemanusiaan. Khususnya, ia ingin mengembangkan teknologi yang dapat membantu orang-orang yang kehilangan anggota tubuh agar bisa kembali beraktivitas normal.
Dalam pandangan Ammar, masa depan Suriah harus dibangun melalui pengetahuan, bukan hanya kekuatan senjata. Ia percaya generasi muda bisa menjadi pionir kebangkitan negeri.
Kisah Ammar menjadi bukti nyata bahwa di tengah keterbatasan, kreativitas tetap bisa tumbuh. Pendidikan menjadi modal utama untuk melahirkan solusi yang menjawab tantangan masyarakat.
Harapan pun muncul bahwa keberhasilan Ammar akan membuka pintu dukungan lebih luas. Dengan itu, bukan hanya Ammar, tetapi banyak pemuda Suriah lain bisa terus berkarya untuk dunia.
Pada akhirnya, Ammar Tahi berdiri sebagai contoh nyata bagaimana seorang siswa dari Homs mampu melampaui keterbatasan. Dari drone hingga lengan robotik, karyanya menjadi saksi bahwa mimpi anak muda Suriah tetap terbang tinggi meski badai perang belum sepenuhnya reda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar